MASALAH SANTET

-      KOTA BANYUWANGI –
Mendengar nama Kota Banyuwangi pasti yang terlintas di pikiran orang adalah ILMU SANTET atau ILMU PELET TINGKAT TINGGI. Penduduk yang mayoritas suku osing, mungkin hal tersebut tidak semuanya orang Banyuwangi mengenal paham tersebut.
Tradisi mantra using merupakan doa skral kesukaan yang mengandung Magic dan berkuatan ghoib. Mantra berbahasa Using tersebut merupakan produk budaya yang bersifat sinkretis antara kepercayaan lokal dengan tradisi agama modern. Bagi orang Using, mantra merupakan salah satu khazanah budaya kelisanan yang integral dengan khazanah budaya lainnya. Hingga kini eksistensinya masih tetap dibutuhkan oleh kelompok etnik Using. Bahkan dalam batas tertentu, tradisi mantra Using merupakan alternative pranata social tradisional, ketika pranata formal tidak mampu lagi mengakomodasi kepentingan mereka.
Oleh karena itu, muncul pameo bahwa bukan orang Using kalau tidak dapat menyantet. Pemanfaatan mantra juga merupakan potret pola kehidupan yang pragmatis. Pemanfaatan mantra pengasihan, misalnya, merupakan pola jalan pintas manakala mekanisme budaya seperti gredoan, bathokan, mlayokaken/colongan, ngleboni, ngunggah-unggahi, dan ngayuh tidak bisa dilakukan.
Mantra Using memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan mantra-mantra kelompok etnik lainnya di Nusantara. Keunikan tersebut terletak pada pembagian jenis magic nya. Atas dasar sumber ajaran dan tujuan pemakaiannya, pembagian jenis magic mantra Using bukan hanya menjadi dua macam (hitam – putih), melainkan 4 macam, yaitu; magi hitam, merah, kuning dan putih. Keempat jenis magi tersebut dapat dimanfaatkan secara homeophatic magic maupun contagions magic.
  1.  Mantra magi hitam, yaitu mantra yang dijiwai oleh nilai-nilai kejahatan dan digunakan untuk tujuan kejahatan. Korban mantra magi hitam bukan hanya dihabisi nyawanya, tetapi seringkali juga harta bendanya. Yang tergolong mantra magi hitam, antara lain adalah Bantal Nyawa, Bantal Kancing, Cekek, Sebul, dan Setah Kuburan.
  2. Mantra magi merah ialah mantra yang pemakaiannya tidak dilandasi hati nurani, tetpi didorong untuk memenuhi hawa nafsu dengan tujuan agar korban tersiksa batin dan fisiknya. Kadar pengaruh penggunaan mantra ini bias meluas ke masalah social, tetapi tidak sampai berakibat fatal sebagaimana pada mantra magi hitam. Yang tergolong mantra magi merah, antara lain, adalah ; Jaran Goyang, Siti Henar, Semut Gatel, Bantal Guling, Gombal Kobong, dan Polong Dara.
  3. Mantra magi kuning ialah mantra yang penggunaannya didasari ketulusan hati dan maksud baik; biasanya hanya terbatas pada hubungan antar individu. Penggunaan mantra ini bukan hanya agar disenangi atau dicintai sesame manusia, tetapi juga termasuk binatang. Yang tergolong mantra magi kuning, antara lain; Sabuk Mangir, Sigandrung mangu mangu, Prabu Kenya, Puter Giling, Damar Wulan, Semar Mesem, Ambarsari, si Kumbang Jati, dan Tes putih-tes abang.
  4.  Mantra magi putih adalah mantra yang dijiwai oleh nilai-nilai kebaikan dan dugunakan untuk tujuan kebaikan. Mantra ini berfungsi untuk menetralisir praktek mantra magi hitam dan merah, baik untuk penyembuhan maupun penolak bala. Yang tergolong mantra magi putih adalah semua mantra yang digunakanuntuk penyembuhan atau pengobatan dan pencegahan atau penolakan bala.
Dalam konteks budaya Using, mantra magi hitam digolongkan ke dalam sihir (‘pembunuhan’), mantra magi merah dan kuning digolongkan ke dalam santet (‘pengasihan’), sedangkan mantra magi putih digolongkan ke dalam penyembuhan.

 SABUK MANGIR ASLI BANYUWANGI

Kedahsyatan  sabuk mangir diyakini mampu membuat siapa saja yang terkena akan terikat dan tak berkutik. Karea itu mantra ini diyakini banyak dipakai para penari gandrung agar tetap dicintai penggemar.Mungkin bagi sebagian masyarakat, saat mendengar kata suku Osing, akan terbesit bayangan kengerian tentang dahsyatnya ilmu santet. Sebab suku asli Banyuwangi ini memang hamper selalu diidentikkan dengan kekuatan ilmu santet. Ilmu yang selama ini digunakan untuk mencelakai orang lain dari jarah jauh dengan cara gaib.


Namun kenyataannya,sesungguhnya tidak demikian.Sebab istilah santet sejatinya tidak hanya berkonotasi negative. Apalagi khusus untuk masyarakat Osing di Banyuwangi.

Ada banyak tujuan yang dimiliki seseorang saat mengirim ilmu santet. Namun memang dari sekian banyak yang terjadi di masyarakat, tujuan yang negatif jauh lebih banyak, sehingga kemudian konotasi negative melekat pada ilmu ini. Khusus untuk masyarakat Osing yang terkenal dengan kesenian gandrungnya ini, ada sejenis ilmu santet yang selama ini identik dengan kelompok ini yaitu SABUK MANGIR.

SABUK MANGIR sendiri adalah sejenis ilmu pellet yang bisa dipakai untuk membuat orang lain tergila2 pada seseorang. Dan ilmu ini biasanya banyak diterapkan oleh para penari gandrung. Tujuannya tentu agar tetap digemari orang banyak, meski usianya sudah tua. Karena itu jangan heran jika saat menyaksikan pertunjukkan tari gandrung, kita akan mendapati penonton yang begitu tergila2 ingin menari bersama, meskipun si penari secara fisik sudah tidak menarik lagi.

Istilah SABUK MANGIR sendiri diambil dari nama salah satu desa di Banyuwangi, yaitu Desa Mangir. Sedangkan kata sabuk diibaratkan bahwa siapapun yang terkena ilmu ini akan melekat seperti terikat oleh sabuk. Sehingga akan sulit untuk dipisahkan.

Ilmu SABUK MANGIR biasanya akan diterapkan dalam berbagai bentuk. Ada yang berupa mantra ucap. Artinya mantra dari ilmu ini dibaca dengan keseriusan dan kekhusyuan sebelum menjalankan aktifitas yang terkait dengan mantra tersebut yaitu menari gandrung.

Tapi ada pula yang mencampurkan mantra itu dalam bedak yang dipakai. Untuk hal yang satu ini biasanya akan dilakukan ritual khusus pada bedak si penari, yang dilakukan oleh para dukun setempat. Dengan memakai bedak yang telah dirapal mantra tersebut, maka siapa saja yang melihatnya, pasti akan tertarik. Karena wajah akan terlihat berseri2 dan cantik.

Biasanya mantra itu diisikan pada bedaknya. Tujuannya tentu agar si penari bisa kelihatan menarik. Tapi banyak juga yang menyimpan mantra itu dalam bentuk rajah yang dituliskan diatas jimat. Selanjutnya jimat itu dibawa saat pentas. Dengan jimat itu, maka si penari akan mampu memikat penonton untuk ikut menari bersama. Yang tentunya bisa mendatangkan banyak uang dari saweran yang diberikan penonton.

Trend pengalihan penggunaan mantra menjadi bentuk jimat, maka seorang penari tidak perlu lagi repot2 harus melakukan ritual khusus. Jimat yang ada tinggal dibawa dan disimpan di balik pakaiannya, dan kekuatan jimat itu akan bekerja.

Namun demikian, masih banyak pula yang memilih cara lama yaitu dengan merapal mantra itu di setiap kali akan tampik, Hal ini karena ada keyakinan dengan merapal mantra secara langsung bisa lebih meningkatkan kekuatan mantra tersebut, Sehingga tentu hasilnya akan lebih nyata.

Dan berikut ini adalah bacaan mantra yang biasa dibaca untuk menarik hati lawan jenis. Namun sebelum membacanya, seorang pelaku harus melakukan serangkaian persiapan khusus agar kekuatan mantra bisa efektif. Persiapan itu antara lain puasa mutih serta mandi kembang.

MANTRA SABUK MANGIR ( TINGKAT I )

Bismillahir rahmanir rahim
Niat isun mataji Sabuk Mangir
Lungguh isun lungguhe Nabi Adam
Hang sapa ningali lungguh isun iki
Ya isun iki lungguhe Nabi Adam
Badan isun badane Nabi Muhammad
Hang sapa ningali lungguh isun iki
Ya isun iki badane Nabi Muhammad
Cahyanisun cahyane Nabi Yusuf
Hang sapa ningali cahyanisun iki
Ya isun iki cahyane Nabi Yusuf
Suaranisun suarane Nabi Daud
Hang sapa krungu suarane isun iki
Ya isun iki suarane Nabi Daud
Teka welas teka asih jabang/jebeng bayine….. (diisi nama orang yang dituju)
Asiha marang jabang/jebeng bayinisun
Sih asih kersane Gusti Allah Lailahaillallah Muhammaddurrasullullah

KETERANGAN :
Dalam mantra ini ada istilah jabang bayi dan jebeng bayi. Jabang bayi disebut jika target atau si perapal mantra laki2. Sedangkan jebeng bayi diucapkan bila obyek sasaran atau si perapal mantra adalah perempuan. Dan khusus untuk penari gandrung, tentu kata2 yang diucapkan adalah jebeng bayinisun, karena target sasaran mereka adalah para penonton pria.





1 komentar:

  1. Assalamualaikum senang sekali saya bisa menulis dan berbagi kepada teman-teman disini. barangkali ada teman-teman yang sedang kesulitan masalah keuangan. Beberapa waktu yang lalu perusaan percetakan saya dirundung hutang yang cukup besar. Hal itu di akibatkan melonjaknya harga kertas dan tenaga upah yang harus saya bayar kepada para karyawan saya. Sementara itu beberapa tender yang nilainya cukup besar gagal saya menangkan. Akibatnya saya harus menjaminkan mobil saya saya untuk meminjam hutang dari bank. Namun hal itu belum cukup menutup devisit perusaan. Bahkan pada akhirnya rumah beserta isinya sempat saya jaminkan pula untuk menutup semua beban hutang yang sedang dilanda perusaan. Masalah yang begitu berat bukan mendapat support dari istri justru malah membuat saya bersedih bahkan sikapnya sesekali menunjukan rasa kecewa. Hal itu di sebabkan semua perhiasan yang sempat saya hadiahkan padanya turut saya gadikan. Disaat itulah saya sempat membaca beberapa situs yang bercerita tentang solusi pesugihan putih tanpa tumbal dan akhirnya saya bertemu dengan Kyai Sukmo Joyo. Kata pak Kyai pesugihan yang cocok untuk saya adalah pesugihan penarikan uang gaib 5milyar dengan tumbal hewan. Tanpa pikir panjang semua petunjuk pak.kyai saya ikuti dan hanya 1 hari. Alhamdulilah akhirnya 5M yang saya minta benar benar ada di tangan saya. Perlahan hutang-hutang saya mulai saya lunasi. Perhiasan istri saya yang sempat saya gadaikan kini saya ganti dengan yang lebih bagus dan lebih mahal harganya. Dan yang paling penting bisnis keluarga yang saya warisi tidak jadi koleps. Jika ingin seperti saya. Saya menyarankan untuk menghubungi kyai sukmo joyo di 0823.9998.5954 situsnya www.sukmo-joyo.blogspot.co.id agar di berikan arahan

    BalasHapus

SALAM PERSAUDARAAN SELALU

FACE BOOK